Jadilah Media yang Membangun Bangsa

Media massa bisa digunakan untuk menggulingkan diktator di Mesir 2011 silam,
kita juga dapat menggunakannya untuk membangun masyarakat Indonesia. (Foto: chezchiara.com)
Masih banyak anak bangsa lainnya yang patut diketahui oleh masyarakat luas. Bukan untuk menjadi terkenal seperti selebritas tanah air. Namun kisah, kiat dan semangat sukses para anak bangsa ini patut untuk disebarluaskan.

Menurut survey dari perusahaan survey global Nielsen, manusia berumur 65 tahun dapat menghabiskan total sembilan tahun hidupnya dengan menonton televisi. Kemudian, berdasarkan sebuah penelitian berjudul Television’s Impact on Society oleh Carole D. Hicks di Amerika Serikat, anak-anak menonton televisi dalam keadaaan relaks bahkan terkadang hingga masuk ke tahap hipnotik.

Hal ini menjadikan anak-anak bekerja seperti spons yang dengan mudah menyerap informasi dari televisi. Sehingga anak-anak akan mengalami kesulitan dalam membedakan realita dan fiksi. Karena televisi mewakili sumber-sumber yang cukup terlegitimasi, maka apa yang dipertontonkan seringkali akan terlihat normal sehingga dapat mempengaruhi perilaku dan sikap penontonnya.

Pengaruh televisi pun luas, mulai dari budaya luar hingga konsumsi produk-produk cepat saji hingga minuman keras atau narkoba, bahkan tindakan kriminal seperti korupsi. Singkatnya, para konsumen acara televisi lebih cenderung menangkap berita sebagaimana yang disajikan media televisi.

Berbeda dengan televisi, media cetak masih memberikan ruang bagi para konsumen yang awam untuk mencerna berita yang diberikan. Dengan membaca, konsumen media cetak tidak serta merta menerima berita yang disajikan. Namun, isu minimnya berita atau ulasan mengenai tokoh bangsa atau berita yang optimis dan membanggakan masih bisa dihitung dengan jari.

Melihat fakta diatas tentu kita sadar bahwa apa yang disajikan media memberikan pengaruh terhadap individu-individu yang menjadi konsumennya baik secara sadar maupun tidak. Pemberitaan baik negatif maupun positif memang harus diberikan kepada publik, sebagaimana itu adalah hak setiap rakyat untuk mendapatkan informasi.

Namun media pun setidaknya harus adil dalam jenis berita yang disajikan kepada masyarakat. Dengan memperbanyak tayangan yang memiliki nilai atau pesan membangun bangsa tentu juga akan menjadi angin segar yang berguna ditengah berita-berita negatif yang marak di media. Selain itu, ulasan mengenai para anak bangsa dengan masing-masing pencapaiannya, tentu diharap mampu menarik minat anak bangsa untuk mencontoh langkah sukses mereka.

Sebagai contoh lihat saja media elektronik Good News From Indonesia (GNFI). Di tengah pesimisme akan nasib bangsa yang terpancar dari berbagai media, GNFI berani menawarkan sisi positif dan optimis dari Indonesia. Ketakutan akan tidak ada konsumen yang tertarik akan berita positif pun terbantahkan. Buktinya hingga saat ini terdapat lebih dari 290.000 pengikut twitter-nya.

Sebagai bangsa yang besar, kita harus sadar bahwa media memiliki kekuatan untuk menggerakkan setiap individu bahkan masyarakat. Lihatlah fenomena Arab Spring yang mampu menggulingkan rezim militer diberbagai negara di Timur Tengah. Kekuatan media semakin kuat dan besar. Mengapa kita tidak bisa memanfaatkannya untuk membangun bangsa?

Dengan media kita bisa membangun semangat anak bangsa untuk paling tidak memajukan dirinya sendiri. Indonesia adalah negara yang besar dan kaya. Kita memiliki berbagai pulau yang patut diekspos untuk media. Kita memiliki anak bangsa yang cerdas, sukses dan berprestasi. Indonesia juga mampu bersaing dan menonjol di tingkat internasional.
Jadi mengapa kita harus terus fokus menyajikan berita yang menyudutkan Indonesia terus-menerus? Bagaimana mungkin kita bisa menumbuhkan semangat untuk maju dan membangun bangsa apabila setiap hari kita hanya meilhat dan menyaksikan keporak-porandakan negeri ini.

Kita tidak bisa hanya mengandalkan masyarakat untuk memilah berita atau media apa yang mereka konsumsi. Kenapa tidak kita mulai memberikan menu jenis berita yang baru saja? Bangsa semaju Jepang, Korea, dan Cina punya banyak acara TV yang sangat positif.

Jepang misalnya punya acara serial Project-X yang bercerita tentang perjuangan para staff dari perusahaan-perusahaan Jepang dalam meneliti produk-produk terbaik mereka. Diantaranya cerita penemuan mesin rotary-engine Mazda, kamera handycam Sony, mesin jahit Juki, dan teknologi mobil Nissan Skyline.

Selain acara Project-X, Jepang juga punya acara berjudul The Professionals yang membedah cara bekerja orang-orang terbaik dibidangnya. Mulai dari guru, dokter bedah, art director, komikus, pengusaha, arsitek, pembalap, dsb.

Sedangkan di Korea Selatan ada acara berjudul Great Pathfinder yang menceritakan perjuangan para pengusaha level UKM dalam menembus pasar global.

Cina tidak ketinggalan dengan salah satu acara mereka yang berjudul “You Xiu Jiao She” yang berarti The Best Teacher. Acara ini menceritakan perjuangan para guru dalam mendidik manusia masa depan Cina di pelosok-pelosok dataran Cina. Dalam salah satu episodenya, seorang guru yang mengajar di sebuah desa terpencil selama 30 tahun ternyata sudah melahirkan 1 menteri untuk Cina. Semoga Indonesia tidak tertinggal dalam prestasi-prestasi positif seperti ini.

"Don’t hate the media, become the media" by Jello Biafra.

0 komentar:

Posting Komentar

International Atheists International Atheists James Randi Foundation richard dawkins foundation
Flag Counter






Diberdayakan oleh Blogger.
 
Email: skepticalface@gmail.com | skepticalface@gmail.com | skepticalface@gmail.com
Copyright © 2013. Indonesian Skeptics - Up To Date 2023 - All Rights Reserved.
Template Created by Mas Kolis Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger