Pages

Kamis, 24 Oktober 2013

HOAX Religi Larangan Meniup Makanan

Kali ini saya akan membahas sebuah artikel hoax yang mengatasnamakan agama dan sains dari sumber berikut: 


Agar lebih objektif, berikut ini saya sertakan artikel aslinya beserta nama penulisnya.

Penulis:

Dessy Wulandari: saya seorang gadis yang masih labil, biasa mencari masalah namun jarang bermasalah

Artikel:

Makanan dan minuman bagi seorang muslim adalah sarana untuk menjaga kesehatan dan agar terus kuat beribadah kepada Allah dan menjalankan rutinitas kesehatiannya. Karena itulah mereka selalu berusaha untuk menjaga makanannya agar selalu sehat dan halal, halal dari cara mendapatkannya, jenisnya dan adab-adabnya dalam makan.

Bagi seorang muslim makan dan minum tidak sebatas untuk memuaskan nafsu belaka, karena mereka makan dan minum disaat lapar dan haus saja. Hal ini seperti riwayat “Kita (kaum muslimin) adalah kaum yang hanya makan bila lapar dan berhenti makan sebelum kenyang.”

Dari sini, maka seorang muslim dalam makan dan minumnya senantiasa memperhatikan adab Islam yang telah dicontohkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam agar bernilai ibadah. Dan di antara adabnya adalah tidak bernafas dan meniup minuman. Dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang untuk bernafas atau meniup wadah air minum.” (HR. Al-Tirmidzi)

Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi mengatakan, “Larangan bernafas dalam wadah air minum adalah termasuk etika karena dikhawatirkan hal tersebut mengotori air minum atau menimbulkan bau yang tidak enak atau dikhawatirkan ada sesuatu dari mulut dan hidung yang jatuh ke dalamnya dan hal-hal semacam itu.”

Apa Hikmahnya?

Namun yang jelas bahwa setiap yang disyariatkan dan dituntunkan oleh Islam pasti mendatangkan kebaikan dan setiap yang dilarangnya pasti mendatangkan madharat. Dan apabila seorang muslim mengetahui hikmah dari sebuah syariat, maka dia akan semakin mantap dalam mengamalkannya. Dan apabila belum mampu menyingkapnya, maka keterangan dari Al-Qur’an dan Sunnah sudah mencukupi.

Di antara hikmah larangan meniup minuman yang masih panas adalah karena struktur molekul dalam air akan berubah menjadi zat asam yang membahayakan kesehatan.

Sebagaimana yang diketahui, air memiliki nama ilmiah H20. ini berarti di dalam air terdapat 2 buah atom hidrogen dan satu buah atom oksigen yang mana 2 atom hidrogen tersebut terikat dalam satu buah atom oksigen. Dan apabila kita hembus napas pada minuman, kita akan mengeluarkan karbon dioksida (CO2).

Dan apabila karbon dioksida (CO2) bercampur dengan air (H20), akan menjadi senyawa asam karbonat (H2CO3). Zat asam inilah yang berbahaya bila masuk kedalam tubuh kita.

Senyawa H2CO3 adalah senyawa asam yang lemah sehingga efek terhadap tubuh memang kurang berpengaruh tapi ada baiknya kalau kita mengurangi masuknya zat asam kedalam tubuh kita karena dapat membahayakan kesehatan.

Dari sini juga semakin jelas hikmah dari larangan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam agar ketika minum seteguk demi seteguk, jangan langsung satu gelas sambil bernapas di dalam gelas. Hal ini karena ketika kita minum langsung banyak, maka ada kemungkinan kita akan bernapas di dalam gelas, yang akan menyebabkan reaksi kimia seperti di atas.




Sumber hoax-nya kelihatannya adalah ini: http://kesehatan.kompasiana.com/2010/05/26/dilarang-meniup/. Sayangnya kini artikel tersebut sudah tidak bisa diakses. Saya mendapat informasi tentang link di atas dari artikel yang membantah hoax dalam artikel tersebut. Artikel bantahan ini dibuat oleh seorang dosen Kimia di Universitas Gadjah Mada, sehingga tentu saja kredibel. Berikut ini link-nya: http://iqmal.staff.ugm.ac.id/?p=2339 atau bisa juga di sini: http://iqmaltahir.wordpress.com/2010/06/09/alasan-dibalik-larangan-meniup-makanan-yang-masih-panas/.

Di sini saya hanya akan mengutip bantahannya yang sangat telak.

CO2 masuk ke air adalah susah, karena dari fasa gas untuk terlarut ke fasa cair realtif tidak mudah. Kemungkinan penulis artikel tersebut terinspirasi dari peristiwa terjadinya hujan asam dimana salah satu gas pembentuk keasaman air hujan adalah karena pelepasan dan pelarutan gas CO2 di awan. Kalau dianalogikan dengan peristiwa terjadinya hujan asam, hal ini berupa proses yang terjadi pada fasa gas baik untuk CO2 maupun fasa air yang terjadi di angkasa. Proses pada fasa gas ini sangat mungkin terjadi dengan mudah, termasuk untuk gas lain seperti CO, NOx dan SOx. Gas-gas ini di awan akan langsung terlarut dalam uap air di awan dan membentuk asam H2CO3 (asam karbonat), HNO2 (asam nitrit) dan H2SO3 (asam sulfit).

Kalau CO2 bereaksi dengan air maka akan terjadi H2CO3 dan asam ini adalah asam karbonat bukan asam asetat seperti yang dikemukakan oleh penulis artikel. Asam karbonat meskipun bersifat asam, tetapi jenis ini juga banyak digunakan pada minuman berkarbonat seperti yang kita jumpai di berbagai jenis soft drink. Risiko bahaya yang diakibatkan oleh asam ini relatif jauh dari apa yang dituliskan pada artikel itu. Efek asam yang dihasilkan dapat terjadi jika berlangsung pada konsentrasi asam yang tinggi sehingga menghasilkan kondisi pH larutan yang rendah. Mengingat asam karbonat adalah termasuk asam lemah maka pH larutan juga tidak akan terjadi sangat rendah.  Pada konsentrasi rendah, efek asam dapat terjadi jika terkena kontak terus menerus. Hal ini dapat terjadi seperti pada kasus orang yang sering mengkonsumsi minuman soft drink, maka akan ada efek pengeroposan gigi atau iritasi lambung.

Secara fisik, proses pelarutan gas CO2 hasil pernafasan manusia ke permukaan air akan sangat kecil. Selain konsentrasi gas CO2 yang dihasilkan juga kecil, kontak permukaan antara molekul gas CO2 pada fasa gas juga tidak akan mudah menembus permukaan cairan, walaupun temperatur fasa cair atau fasa padat pada makanan ini relatif tinggi (makanan masih panas).

Tidak hanya itu, Pak Iqmal juga memberi alternatif alasan yang lebih logis tentang mengapa Rasulullah melarang meniup makanan.

Sebenarnya alasan yang lebh logis adalah pada saat manusia mengeluarkan udara hasil pernafasan serta mengeluarkan udara saat meniup, maka tidak hanya mengeluarkan gas hasil pernafasan saja. Mulut juga akan mengeluarkan uap air dan berbagai partikel yang ada dari dalam rongga mulut. Paling mudah dideteksi adalah nafas atau bau mulut juga sering tercium. Bau mulut ini mengindikasikan ada partikel yang juga dikeluarkan dari mulut. Partikel ini dapat berasal dari sisa makanan yang tertinggal di sela-sela gigi, selain itu dapat juga berupa mikroorganisme yang hidup di rongga mulut. Mikroorganisme ini kadang bersifat merugikan dan bersifat sebagai pathogen. Hal inilah yang harus dihindari supaya jangan terbawa sehingga karena berupa partikel padatan akan dapat menempel dan mengkontaminasi pada makanan yang ditiup.

Saya belum memastikan apakah alternatif ini benar. Perlu pemahaman di bidang patologi untuk menjelaskan benar-tidaknya alasan ini. Namun yang pasti, alasan pelarangan meniup makanan karena dikhawatirkan karbon dioksida akan bereaksi dengan air membentuk asam karbonat adalah HOAX yang nyata dan tidak perlu disebarkan ke mana-mana untuk “membuktikan kebenaran Islam”.

Tadinya saya ingin membahas hoax ini sendiri. Namun berhubung sudah ada bantahan dari pakar yang lebih kompeten, saya rasa ini sudah cukup untuk membahas hoax di atas. Saya mengungkap hoax ini bukan berarti saya kontra-sunnah. Tidak sama sekali. Saya berbuat begini agar kita, umat Islam, terbiasa dengan objektivitas dan konfirmasi ilmiah terlebih dahulu sebelum ujug-ujug memberikan legitimasi “ilmiah” terhadap segala syariat Islam dan sunnah Rasulullah tanpa landasan saintifik yang solid. Sekian. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lamu bish-shawab.



Posted on 18 Juli 2012
by danjiro
Sumber: cypher-institute.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar