House of Sampoerna. |
Pergilah ke kawasan Surabaya lama temukan sebuah bangunan bergaya arsitektur Belanda berdiri megah menjadi salah satu cagar budaya yang dilestarikan. Di bagian atas bangunan yang dibangun tahun 1858 itu bertengger papan nama 'House of Sampoerna'.
Kenal dengan Sampoerna? Tentulah sebagian besar penduduk Indonesia mengenalnya. Dia adalah produsen fantasi yang dihisap jutaan perokok di Indonesia setiap hari.
Tapi siapa menyangka disusur sejarahnya, bangunan ini dulunya ternyata adalah bekas panti asuhan yang dikelola pemerintah Belanda. Sebelum perang dunia pertama tepatnya tahun 1932, Liem Seeng Tee membelinya. Jadilah panti asuhan itu disulap sebagai pabrik rokok pertama kerajaan rokok Sampoerna.
Kehadiran House of Sampoerna (HOS) di Surabaya seperti melengkapi atribut kota yang sarat dengan ikon sejarah ini. Bedanya, HOS berdiri sebagai representasi sejarah sebuah industri yang merangkak dari bawah, sampai akhirnya berkembang seperti sekarang.
Melangkahkan kaki di HOS, kita langsung disuguhi dengan desain arsitektural bangunan yang menawan. Berdiri megah bergaya khas bangunan jaman kolonial Belanda. Maklum, gedung utama HOS memang berdiri sejak tahun 1862.
Hingga kini gedung tersebut masih menjadi pabrik Dji Sam Soe. Bangunan utama diputuskan dipugar besar-besaran pada tahun 2003 saat peringatan ulang tahun Sampoerna ke-90.
Bangunan yang berdiri dengan empat pilar besar di sisi depan ini sekarang sudah disulap menjadi museum rokok yang menyedot kunjungan masyarakat dari dalam maupun luar kota. Mereka kebanyakan ingin melihat dari dekat perjalanan panjang bisnis kerajaan rokok Sampoerna.
Rozy (24), salah satu pengunjung mengatakan, ia datang untuk mengunjungi keluarga yang berada di Surabaya sekaligus ingin mengetahui sejarah tempat produksi rokok kretek ini.
Di dalam museum, wisatawan akan disuguhi dengan aroma khas tembakau dan barang-barang untuk memproduksi rokok dari masa ke masa. Lalu foto - foto keluarga, beberapa jenis tembakau yang rapi tersimpan dalam pigura. Replika tungku pengering tembakau sebelum dilinting jadi rokok pun bertengger di sana.
Selain melihat koleksi bersejarah, pengunjung melihat langsung aktivitas buruh pembuat dan pelinting melinting rokok kretek yang berjajar rapi di bagian belakang gedung. Walau kapasitas produksi di tempat itu kecil, masih dipertahankan sebagai pabrik untuk menunjukan tonggak perjalanan pertama produksi rokok kretek di Surabaya.
"Datang di sini nggak rugi. Kita bisa belajar dan memotivasi diri. Meniru semangat Liem Seeng Tee yang pantang menyerah membangun usahanya. Ia benar-benar memulai semua ini dari bawah," kata Lidya (21), pengunjung museum dari Kota Malang.
Melengkapi museum auditorium utama bangunan, sayap timur pun disulap menjadi ruangan untuk sekedar pengunjung beristirahat. Di situ disediakan cafe, kios merchandise dan galeri seni. Uniknya, bangunan di sayap barat masih tetap dijadikan rumah tinggal keluarga pendirinya.
Sepertinya keluarga Sampoerna memang benar-benar ingin memberikan pengalaman terbaik rentetan sejarah panjang bisnis rokok sekaligus menjadi among tamu yang baik untuk pengunjung museum.
Rabu, 27 November 2013 (08:11 WIB)
Sumber : Ayogitabisa.com
Kenal dengan Sampoerna? Tentulah sebagian besar penduduk Indonesia mengenalnya. Dia adalah produsen fantasi yang dihisap jutaan perokok di Indonesia setiap hari.
Tapi siapa menyangka disusur sejarahnya, bangunan ini dulunya ternyata adalah bekas panti asuhan yang dikelola pemerintah Belanda. Sebelum perang dunia pertama tepatnya tahun 1932, Liem Seeng Tee membelinya. Jadilah panti asuhan itu disulap sebagai pabrik rokok pertama kerajaan rokok Sampoerna.
Kehadiran House of Sampoerna (HOS) di Surabaya seperti melengkapi atribut kota yang sarat dengan ikon sejarah ini. Bedanya, HOS berdiri sebagai representasi sejarah sebuah industri yang merangkak dari bawah, sampai akhirnya berkembang seperti sekarang.
Melangkahkan kaki di HOS, kita langsung disuguhi dengan desain arsitektural bangunan yang menawan. Berdiri megah bergaya khas bangunan jaman kolonial Belanda. Maklum, gedung utama HOS memang berdiri sejak tahun 1862.
Hingga kini gedung tersebut masih menjadi pabrik Dji Sam Soe. Bangunan utama diputuskan dipugar besar-besaran pada tahun 2003 saat peringatan ulang tahun Sampoerna ke-90.
Bangunan yang berdiri dengan empat pilar besar di sisi depan ini sekarang sudah disulap menjadi museum rokok yang menyedot kunjungan masyarakat dari dalam maupun luar kota. Mereka kebanyakan ingin melihat dari dekat perjalanan panjang bisnis kerajaan rokok Sampoerna.
Rozy (24), salah satu pengunjung mengatakan, ia datang untuk mengunjungi keluarga yang berada di Surabaya sekaligus ingin mengetahui sejarah tempat produksi rokok kretek ini.
Di dalam museum, wisatawan akan disuguhi dengan aroma khas tembakau dan barang-barang untuk memproduksi rokok dari masa ke masa. Lalu foto - foto keluarga, beberapa jenis tembakau yang rapi tersimpan dalam pigura. Replika tungku pengering tembakau sebelum dilinting jadi rokok pun bertengger di sana.
Selain melihat koleksi bersejarah, pengunjung melihat langsung aktivitas buruh pembuat dan pelinting melinting rokok kretek yang berjajar rapi di bagian belakang gedung. Walau kapasitas produksi di tempat itu kecil, masih dipertahankan sebagai pabrik untuk menunjukan tonggak perjalanan pertama produksi rokok kretek di Surabaya.
"Datang di sini nggak rugi. Kita bisa belajar dan memotivasi diri. Meniru semangat Liem Seeng Tee yang pantang menyerah membangun usahanya. Ia benar-benar memulai semua ini dari bawah," kata Lidya (21), pengunjung museum dari Kota Malang.
Melengkapi museum auditorium utama bangunan, sayap timur pun disulap menjadi ruangan untuk sekedar pengunjung beristirahat. Di situ disediakan cafe, kios merchandise dan galeri seni. Uniknya, bangunan di sayap barat masih tetap dijadikan rumah tinggal keluarga pendirinya.
Sepertinya keluarga Sampoerna memang benar-benar ingin memberikan pengalaman terbaik rentetan sejarah panjang bisnis rokok sekaligus menjadi among tamu yang baik untuk pengunjung museum.
Rabu, 27 November 2013 (08:11 WIB)
Sumber : Ayogitabisa.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar