Pengadilan Casablanca, Maroko menjatuhkan vonis penjara 3 bulan pada seorang remaja berusia 17 tahun. Ia dinyatakan bersalah atas dakwaan yang terdengar mengerikan: mengancam membunuh Presiden Amerika Serikat Barack Obama lewat Twitter.
Remaja yang diidentifikasi sebagai Soufiane mengaku bersalah melakukan 'kejahatan elektronik' dan 'menyerukan kekerasan melalui media elektronik' terkait ancaman yang ia keluarkan tahun lalu.
"Aku akan membunuh presidenmu (Obama) dan siapapun yang dekat dengannya. Itu yang akan aku lakukan saat tiba di AS bulan depan," tulis remaja itu dalam Twitter, seperti dimuat Voice of Russia, 25 Oktober 2013.
Remaja itu ditangkap sekitar dua bulan lalu di Casablanca. Sumber pengadilan mengatakan, pemuda itu akan menjalani penahanan di rutan anak dan remaja di Kota Oukacha.
Sidang yang digelar atas kasusnya tertutup dari media. Belum diketahui apakah pengacara terdakwa akan mengajukan banding atas putusan tersebut.
Bukan Sekedar Kicauan
Bukan kali ini saja Obama jadi target. Jika Soufiane hanya berkicau di Twitter, pada November 2011 lalu, Oscar Ramiro Ortega-Hernandez bahkan sampai menembaki Gedung Putih.
Penyelidik mengatakan, Ortega-Hernanddez terobsesi dengan presiden dan keluarga orang nomor satu di AS itu, kemudian ia diduga sengaja mendekati Gedung Putih dan melepaskan sejumlah tembakan.
Anggota pasukan pengawalan Presiden AS, Secret Service menemukan, dua peluru menghantam bangunan, dan satu lainnya membuat retak jendela di lantai dua tempat tinggal Presiden AS dan keluarganya.
Saat penembakan itu terjadi, Obama dan istrinya, Michelle sedang berada ke California. Namun, Gedung Putih tidak berkomentar, apakah dua putri Obama -- Sasha dan Maia berada di rumah kediaman presiden tersebut saat insiden terjadi.
Agustus 2012 lalu juga terungkap, sekelompok tentara AS merencanakan plot menggulingkan pemerintah dan akhirnya membunuh Presiden Barack Obama.
Mereka dituduh telah membentuk sebuah kelompok yang disebut FEAR -- Forever Enduring Always Ready, dan membeli sebidang tanah di Negara Bagian Washington.
Dari tanah itulah nantinya mereka akan melancarkan serangan: meledakkan bendungan, meracuni ladang apel di Negara Bagian Washington, mengebom taman di Savannah, Georgia, menyerang kendaraan-kendaraan milik para karyawan Departemen Keamanan Dalam Negeri, dan mengambil alih sebuah pusat kontrol amunisi di markas tentara di Fort Stewart, Georgia. Lalu menghabisi Obama. Mengerikan.
Remaja yang diidentifikasi sebagai Soufiane mengaku bersalah melakukan 'kejahatan elektronik' dan 'menyerukan kekerasan melalui media elektronik' terkait ancaman yang ia keluarkan tahun lalu.
"Aku akan membunuh presidenmu (Obama) dan siapapun yang dekat dengannya. Itu yang akan aku lakukan saat tiba di AS bulan depan," tulis remaja itu dalam Twitter, seperti dimuat Voice of Russia, 25 Oktober 2013.
Remaja itu ditangkap sekitar dua bulan lalu di Casablanca. Sumber pengadilan mengatakan, pemuda itu akan menjalani penahanan di rutan anak dan remaja di Kota Oukacha.
Sidang yang digelar atas kasusnya tertutup dari media. Belum diketahui apakah pengacara terdakwa akan mengajukan banding atas putusan tersebut.
Bukan Sekedar Kicauan
Bukan kali ini saja Obama jadi target. Jika Soufiane hanya berkicau di Twitter, pada November 2011 lalu, Oscar Ramiro Ortega-Hernandez bahkan sampai menembaki Gedung Putih.
Penyelidik mengatakan, Ortega-Hernanddez terobsesi dengan presiden dan keluarga orang nomor satu di AS itu, kemudian ia diduga sengaja mendekati Gedung Putih dan melepaskan sejumlah tembakan.
Anggota pasukan pengawalan Presiden AS, Secret Service menemukan, dua peluru menghantam bangunan, dan satu lainnya membuat retak jendela di lantai dua tempat tinggal Presiden AS dan keluarganya.
Saat penembakan itu terjadi, Obama dan istrinya, Michelle sedang berada ke California. Namun, Gedung Putih tidak berkomentar, apakah dua putri Obama -- Sasha dan Maia berada di rumah kediaman presiden tersebut saat insiden terjadi.
Agustus 2012 lalu juga terungkap, sekelompok tentara AS merencanakan plot menggulingkan pemerintah dan akhirnya membunuh Presiden Barack Obama.
Mereka dituduh telah membentuk sebuah kelompok yang disebut FEAR -- Forever Enduring Always Ready, dan membeli sebidang tanah di Negara Bagian Washington.
Dari tanah itulah nantinya mereka akan melancarkan serangan: meledakkan bendungan, meracuni ladang apel di Negara Bagian Washington, mengebom taman di Savannah, Georgia, menyerang kendaraan-kendaraan milik para karyawan Departemen Keamanan Dalam Negeri, dan mengambil alih sebuah pusat kontrol amunisi di markas tentara di Fort Stewart, Georgia. Lalu menghabisi Obama. Mengerikan.
Oleh Elin Yunita Kristanti
Posted: 26/10/2013 02:38
Sumber: News.Liputan6.com
0 komentar:
Posting Komentar