Indonesia dan Kecenderungan Untuk Selalu Skeptis


Dua hari ini ramai dengan pemberitaan polisi yang ditembak di depan gedung KPK. Walaupun saya tidak kenal, walaupun saya sering ditilang polisi, sebagai manusia yang normal dan warga negara yang baik, saya turut berbelasungkawa atas apa yang menimpa Bripka Sukardi.

Sudah pekerjaan saya sebagai admin media sosial di salah satu situs berita online di Indonesia, untuk akhirnya menyebarkan berita ini ke ranah Facebook dan Twitter. Di luar dugaan, selain puluhan ucapan belasungkawa dan ungkapan ketakutan, ada juga orang-orang yang mungkin sakit jiwa, yang memberikan dukungan untuk penembakan tersebut, dan/atau kekecewaan karena yang ditembak bukanlah polantas.

Apa hubungannya sama polantas? Apakah karena sering ditilang oleh polantas sehingga menimbulkan perasaan yang mengganggu harmonisasi hati hingga jadi dendam kesumat?

Mari kita keluar sejenak dari kasus tersebut.

Indonesia ini, memang sepertinya punya kecenderungan untuk selalu menentukan baik tidaknya sesuatu, hanya dari potongan kecil keseluruhan sesuatu tersebut. Belum mencoba mengenal tapi sudah skeptis duluan. Contohnya dengan polantas ini, hanya karena ada beberapa (atau mungkin banyak) oknum polantas yang memeras pengguna jalan, akhirnya banyak individu Indonesia yang mencap bahwa keseluruhan konstitusi polantas adalah buruk dan harus diberantas.

Sungguh pemikiran yang dangkal untuk rakyat di negara yang amat besar seperti Indonesia.

Fenomena yang sama juga terjadi di ranah politik Indonesia. Hanya karena kita beberapa kali mendapatkan pemimpin yang tidak elok, bukan berarti kita harus berhenti untuk memilih pemimpin. Saya akui, dunia politik memang dipenuhi dengan intrik dan drama yang sensasinya bisa kita rasakan 100 kali lipat dibandingkan dengan yang ada di sinetron, tapi perlu kita ingat bahwa masih banyak juga negarawan yang terjun ke dunia politik, dengan harapan bisa merubah negara ini menjadi lebih baik lagi.

Dengan alasan dan pemikiran itulah saya mengajak Indonesia, khususnya pemuda, yang berakal sehat dan juga telah memiliki hak untuk memilih. MEMILIHLAH! Suarakan pendapatmu pada pemilu legislatif dan presiden 2014 nanti. Sumpah bro, suara lo ngaruh!

Lebih baik memilih dan menyesal karena salah pilih pemimpin, daripada tidak memilih tapi ikut menghujat ketika pemimpin yang terpilih tidak sesuai dengan kehendak. Ini sama aja dengan berdoa tapi tanpa berusaha, benar?


Oleh: Luthfan Danaswara
Sumber: Ayovote.com

0 komentar:

Posting Komentar

International Atheists International Atheists James Randi Foundation richard dawkins foundation
Flag Counter






Diberdayakan oleh Blogger.
 
Email: skepticalface@gmail.com | skepticalface@gmail.com | skepticalface@gmail.com
Copyright © 2013. Indonesian Skeptics - Up To Date 2023 - All Rights Reserved.
Template Created by Mas Kolis Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger