Asap hitam membumbung dari Mal Westgate di Nairobi, Kenya,
setelah militer menyerbu masuk untuk membebaskan pengunjung yang
dijadikan sandera.
Kelompok ini memiliki waktu banyak untuk merencanakan pembantaian.
Seminggu pasca aksi terorisme di mal Westgate, fakta mulai terungkap satu demi satu. Kali ini dilaporkan anggota kelompok militan, al Shabaab, telah menyewa sebuah toko untuk menyembunyikan senjata dan amunisi peluru lengkap.
Laman news.com.au, Sabtu 28 September 2013, melansir pernyataan sumber pejabat keamanan senior Kenya. Pejabat yang tidak ingin diketahui namanya itu mengatakan anggota al Shabaab telah menyewa toko itu sejak satu pekan sebelum serangan tanggal 21 September.
Bahkan seorang sumber kantor berita CNN menyebut, al Shabaab sudah menyewa toko itu sejak setahun sebelumnya. Artinya, kelompok ini memiliki waktu lebih dari cukup untuk merencanakan operasi pembantaian di pusat perbelanjaan mewah itu.
Hasil investigasi BBC mengungkap, anggota kelompok militan asal Somalia itu dapat menyewa toko dengan menggunakan identitas palsu. Diduga identitas palsu diperoleh mereka dengan menyogok pejabat pemerintah.
Di saat hari penyerangan, al Shabaab masuk ke dalam kompleks mal dengan menggunakan dua kendaraan. Satu kelompok masuk dari pintu depan lobi mal, sedangkan kelompok lainnya masuk dari pintu samping.
Mereka diyakini juga sudah mendirikan sebuah markas berkumpul di lantai satu dengan menggunakan poros ventilasi sebagai tempat bersembunyi. Masih menurut sumber itu, al Shabaab, sengaja menggunakan senapan mesin kaliber berat, karena adanya pergantian operasi keamanan dari polisi kemudian beralih ke tentara militer.
Namun, hingga saat ini belum diketahui berapa banyak anggota al Shabaab yang terlibat dalam serangan tersebut.
Siapkan serangan lanjutan
Kelompok teroris itu kemudian berkicau di Twitter, bahwa serangan Westgate bukan serangan pertama dan terakhir.
Masih akan ada serangan teror lainnya ke Kenya, apabila mereka tidak menarik sebanyak empat ribu pasukannya dari tanah Somalia.
"Aksi teror yang dilakukan para kesatria Westgate tanpa diragukan lagi berhasil membuat suasana mencekam. Tenang saja kawan, itu baru aksi perdana," tulis kelompok itu dalam sebuah media sosial.
Selain diketahui menyewa sebuah toko di dalam mal, juga ada laporan yang menyebut semua perhiasan di sebuah toko lenyap dirampok. Hal itu diungkap sang manajer toko, Irene Anyango.
Pada Kamis kemarin, dia termasuk beberapa orang yang diizinkan masuk meninjau mal Westgate usai dinyatakan aman. "Ini benar-benar sebuah mimpi buruk. Toko kami terlihat hancur dan sangat berbeda," ungkap Anyango.
Dia mengungkap hampir 90 persen perhiasan yang ada di dalam toko raib akibat dirampok. "Sejauh yang kami tahu, beberapa hari sebelum terjadi serangan teroris, semua perhiasan itu masih utuh. Kami tidak mengerti mengapa ini bisa terjadi," kata dia.
Sejauh ini Palang Merah Kenya menyebut jumlah korban tewas dalam aksi teror empat hari mencapai 67 orang. Sementara 61 pengunjung mal lainnya dilaporkan masih hilang.
Proses penyidikan forensik di dalam mal masih terus berlangsung. Tim ahli forensik yang berasal dari Amerika Serikat, Israel, Jerman, Kanada dan polisi interpol bekerja sama menyisir seluruh area mal.
Menurut pejabat senior interpol, Jean-Michel Louboutin, saat ini tantangan terbesar mereka yaitu mengangkat puing-puing runtuhnya mal. "Kami harus memindahkan seluruh bangunan tiga lantai mal yang roboh dan baru diketahui apa yang berada di bawahnya," kata dia.
Aries Setiawan, Santi Dewi
Minggu, 29 September 2013, 11:40
Sumber: dunia.news.viva.co.id
Laman news.com.au, Sabtu 28 September 2013, melansir pernyataan sumber pejabat keamanan senior Kenya. Pejabat yang tidak ingin diketahui namanya itu mengatakan anggota al Shabaab telah menyewa toko itu sejak satu pekan sebelum serangan tanggal 21 September.
Bahkan seorang sumber kantor berita CNN menyebut, al Shabaab sudah menyewa toko itu sejak setahun sebelumnya. Artinya, kelompok ini memiliki waktu lebih dari cukup untuk merencanakan operasi pembantaian di pusat perbelanjaan mewah itu.
Hasil investigasi BBC mengungkap, anggota kelompok militan asal Somalia itu dapat menyewa toko dengan menggunakan identitas palsu. Diduga identitas palsu diperoleh mereka dengan menyogok pejabat pemerintah.
Di saat hari penyerangan, al Shabaab masuk ke dalam kompleks mal dengan menggunakan dua kendaraan. Satu kelompok masuk dari pintu depan lobi mal, sedangkan kelompok lainnya masuk dari pintu samping.
Mereka diyakini juga sudah mendirikan sebuah markas berkumpul di lantai satu dengan menggunakan poros ventilasi sebagai tempat bersembunyi. Masih menurut sumber itu, al Shabaab, sengaja menggunakan senapan mesin kaliber berat, karena adanya pergantian operasi keamanan dari polisi kemudian beralih ke tentara militer.
Namun, hingga saat ini belum diketahui berapa banyak anggota al Shabaab yang terlibat dalam serangan tersebut.
Siapkan serangan lanjutan
Kelompok teroris itu kemudian berkicau di Twitter, bahwa serangan Westgate bukan serangan pertama dan terakhir.
Masih akan ada serangan teror lainnya ke Kenya, apabila mereka tidak menarik sebanyak empat ribu pasukannya dari tanah Somalia.
"Aksi teror yang dilakukan para kesatria Westgate tanpa diragukan lagi berhasil membuat suasana mencekam. Tenang saja kawan, itu baru aksi perdana," tulis kelompok itu dalam sebuah media sosial.
Selain diketahui menyewa sebuah toko di dalam mal, juga ada laporan yang menyebut semua perhiasan di sebuah toko lenyap dirampok. Hal itu diungkap sang manajer toko, Irene Anyango.
Pada Kamis kemarin, dia termasuk beberapa orang yang diizinkan masuk meninjau mal Westgate usai dinyatakan aman. "Ini benar-benar sebuah mimpi buruk. Toko kami terlihat hancur dan sangat berbeda," ungkap Anyango.
Dia mengungkap hampir 90 persen perhiasan yang ada di dalam toko raib akibat dirampok. "Sejauh yang kami tahu, beberapa hari sebelum terjadi serangan teroris, semua perhiasan itu masih utuh. Kami tidak mengerti mengapa ini bisa terjadi," kata dia.
Sejauh ini Palang Merah Kenya menyebut jumlah korban tewas dalam aksi teror empat hari mencapai 67 orang. Sementara 61 pengunjung mal lainnya dilaporkan masih hilang.
Proses penyidikan forensik di dalam mal masih terus berlangsung. Tim ahli forensik yang berasal dari Amerika Serikat, Israel, Jerman, Kanada dan polisi interpol bekerja sama menyisir seluruh area mal.
Menurut pejabat senior interpol, Jean-Michel Louboutin, saat ini tantangan terbesar mereka yaitu mengangkat puing-puing runtuhnya mal. "Kami harus memindahkan seluruh bangunan tiga lantai mal yang roboh dan baru diketahui apa yang berada di bawahnya," kata dia.
Aries Setiawan, Santi Dewi
Minggu, 29 September 2013, 11:40
Sumber: dunia.news.viva.co.id
0 komentar:
Posting Komentar